Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan
yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus,
meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab
hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit
autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.
![hepatitis - alodokter](https://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1531268636/attached_image/hepatitis-alodokter.jpg)
Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang
berkaitan dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan
dalam metabolisme tubuh, seperti:
- Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.
- Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.
- Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
- Mengaktifkan berbagai enzim.
- Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning), kolesterol, hormon, dan obat-obatan.
- Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
- Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.
Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang
yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan
perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh
sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang
menjadi
gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan
kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan
. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.
Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena
infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus
adalah sebagai berikut:
-
Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus
hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau
air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
-
Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B
dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis
B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah
darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum
suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis
B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
-
Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
-
Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus
hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi,
namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di
dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
-
Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus
hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak
memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada
sumber air.
Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat
kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi
alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat
berkembang menjadi gagal hati atau
sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada
tubuh. Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh
justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal
ini adalah sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan
yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat.
Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
Gejala Umum Hepatitis
Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih
dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis
virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar
15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6
bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:
- Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
- Feses berwarna pucat.
- Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
- Nyeri perut.
- Berat badan turun.
- Urine menjadi gelap seperti teh.
- Kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi
kronik, seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala
tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus
berefek terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.
Faktor Risiko Hepatitis
Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah
terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri.
Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti
hepatitis A dan hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air
atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko
pada seseorang yang
kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko pada:
- Petugas medis.
- Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
- Berganti-ganti pasangan seksual.
- Orang yang sering menerima transfusi darah.
Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui
transfusi darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu
melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan
melalui darah.
Diagnosis Hepatitis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat
timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu
dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik
yang muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari
pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata
untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
-
Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi
hati, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat
aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT),
akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di
dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim
tersebut akan tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski
demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk
menentukan penyebab hepatitis.
-
Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk
menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan
HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk
antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi
dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus
hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita hepatitis akut,
antara lain adalah:
- Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
- Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
- Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs).
- Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
- Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
-
Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita
hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan
virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam
darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen
spesifik dan material genetik virus, antara lain:
- Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
- Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
- DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
- RNA virus hepatitis C (HCV RNA).
-
USG perut. Dengan bantuan gelombang
suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ hati dan
sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor
hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan
dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
-
Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati
akan diambil untuk kemudian diamati menggunakan mikroskop. Melalui
biopsi hati, dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di
dalam hati.
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung
kepada penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa
penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa
berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari
selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan
pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada
kasus hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan
hati-hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis
akut harus menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun
dengan pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat
sering muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat
interferon.
Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat
perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan
berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan
hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga bertujuan untuk
memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis
melibatkan obat-obatan antivirus seperti ribavirin, simeprevir,
lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien hepatitis
kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk
mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat
infeksi hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini
belum diteliti lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan
kortikosteroid seperti
prednisone dan
budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan
azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan
cyclosporin.
Komplikasi Hepatitis
Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang
berujung kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala
penderita hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan
kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan
akibat kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati.
Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu
jika tidak dirawat dengan segera.
Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat
mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang
terjadi pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis,
virus akan berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat
dimusnahkan oleh sistem imun. Virus yang berkembang biak secara kronis
dalam hati penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat
menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Pencegahan Hepatitis
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya dengan:
- Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
- Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
- Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
- Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
- Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.
- Kurangi konsumsi alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan
B) bisa dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin
hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa
digunakan.
Sumber aladokter